Beberapa Fakta Menarik film Mortal Engines
Jackson membeli hak atas novel Mortal Engines ini pada tahun 2009, tetapi produksi film ini merana selama beberapa tahun sebelum secara resmi diumumkan pada 2016. Jackson memilih Rivers sebagai sutradara, yang memenangkan Academy Award atas Efek Visual Terbaik untuk karyanya pada Jackson's King Kong. Dengan membawa beberapa anggota tim produksi dari seri film Lord of the Rings dan Hobbit. Pembuatan film berlangsung dari bulan April hingga Juli 2017 di Selandia Baru.
Mendapat review buruk dari para kritikus, film ini mengalami kerugian alias tidak balik modal dan terancam tidak memiliki sekuel, padahal proyek ini seharusnya memiliki beberapa sekuel dan prekuel. Berikut beberapa fakta menarik terkait film Mortal Engines:
FAKTA DALAM CERITA FILM
Buku yang dibawa Katherine Valentine ke Museum pada awal film ini ditulis oleh salah satu Nimrod Pennyroyal, karakter yang akan menjadi penting dalam sekuelnya. Tapi sayangnya kemungkinan besar tidak ada sekuel.
ANTARA NOVEL DAN FILM
Novel asli menyebutkan berhala plastik dari Mickey dan Pluto milik Walt Disney, "para dewa berkepala binatang dari Amerika yang hilang" di London History Museum. Film ini, yang dibuat oleh Universal, malah memiliki idola plastik dari film Despicable Me yaitu Minion.
Seperti biasa dalam adaptasi novel fantasi umum, usia karakter protagonis semuanya sedikit terdongkrak. Dalam novel, Tom dan Hester berusia tujuh belas tahun, Katherine Valentine enam belas tahun dan Beavis Pod delapan belas tahun.
Dalam novel, London tidak pernah berhasil menyerang Tembok Perisai (Shield Wall). Katherine Valentine memberikan MEDUSA koordinat baru dan itu menghancurkan dirinya sendiri dan London. Dalam film, MEDUSA menembak Tembok Perisai dua kali dan menghancurkan sebagian besar dari itu sebelum mesinnya dihancurkan oleh Tom.
Dalam novel, Bevis Pod dan Katherine Valentine terbunuh dalam pertempuran terakhir. Di film, mereka bertahan.
Dalam novel, London dihancurkan, memaksa Hester dan Tom untuk melakukan perjalanan mencari rumah lain. Dalam film, London tetap utuh.
LAINNYA
Rivers sengaja menjauh dari film yang tampak seperti Mad Max.
"Kami tidak ingin itu menjadi distopia pasca-apokaliptik, jadi, kami tidak ingin itu menjadi 'Mad Max.' Kami tidak ingin itu menjadi 'Hunger Games' atau 'Divergent.' Itu semacam film suram, semacam dystopian, Anda tahu? Itu perlu diikat dengan dunia kita."
Anehnya, sebagian besar ulasan tampaknya membandingkannya dengan Fury Road!
"Kami tidak ingin itu menjadi distopia pasca-apokaliptik, jadi, kami tidak ingin itu menjadi 'Mad Max.' Kami tidak ingin itu menjadi 'Hunger Games' atau 'Divergent.' Itu semacam film suram, semacam dystopian, Anda tahu? Itu perlu diikat dengan dunia kita."
Anehnya, sebagian besar ulasan tampaknya membandingkannya dengan Fury Road!
Belum ada komentar. Silahkan berikan komentar tentang pendapat atau review Anda disini :)